 |
Berapa kali kalian nongkrong dalam sebulan? btw, aku baru sadar kalau pas nongkrong jarang foto. wkwk. sumber: koleksi pribadi |
Jika pada tulisan sebelumnya adalah
fiksi mini, maka aku akan menyapa kembali rubrik lama dalam blog ini—membaca
masyarakat. Assalamualaikum, teman-teman. Pandemi sudah berapa bulan ya? Jangan
lupa tetap jaga kebersihan dan kesehatan. Pakai masker dan cuci tangan sudah
menjadi kewajiban di era normalitas baru kan. Jangan abai ya!
Membaca masyarakat episode ke tiga,
aku akan mengajak kalian berdiskusi tentang cerita finansial versi aku.
Sebelumnya, aku mau tahu dong, kapan pertama kali kalian “memikirkan” keuangan?
Ketika kalian kuliah tahun pertama? Atau ketika sudah bekerja? Kalau aku,
ketika aku kehabisan uang. Hehehe. Jadi, ada suatu masa di mana jatah uang
bulanan habis sebelum waktunya. Nah, jika di bulan-bulan sebelumnya aku cukup
percaya diri dengan gaya hidupku, keadaan tiba-tiba berubah. Saat itu income yang aku dapatkan lebih banyak
dari bulan-bulan sebelumnya. Selain uang bulanan dari ayah, aku juga dapat
pemasukan dari hadiah lomba dan gaji freelance
yang seharusnya sih bisa ditabung. Eh, kok malah hanyut terbawa arus gaya
hidup. Hmm. Long
short story, aku mulai berpikir, sebenarnya seberapa konsumtif kah aku? Lalu kalian bertanya, gak punya simpanan, Ros? Punya! Pada akhirnya aku menggunakan dana
simpananku yang waktu itu masih di bawah pengawasan ayah. Tapi bukan itu pembahasan
kita. Kita akan berdiskusi mengenai bagaimana menyeimbangkan gaya hidup dengan
kemampuan finansial.
Kalian pernah gak sih pasang nominal
rupiah untuk jatah ngopi atau budget nongkrong kalian dalam sepekan?
Kalau pernah, berapa persen kepatuhan kalian? Kalau belum sila dicoba. Honestly, aku paling payah mengatur
keuangan. Sejak zaman sekolah, ibu sudah mengajariku untuk mengelola uang
saku, jadi jatah bulanan gitu, tapi banyak hal yang membuatku gagal menahan agar uang tersebut terpakai secara bijak. Sebentar, alur
ceritaku muter-muter ya. Begini, menyambung dari cerita sebelumnya, aku sadar
bahwa aku memiliki masalah finansial yang jika tidak segera ditangani akan
menjadi krisis.
Akhirnya aku mulai baca artikel dan
nonton video YouTube tentang pengelolaan finansial. Dasarnya manusia suka ngobrol
ya, aku kurang puas jika belum bertukar pendapat dengan manusia lain. Aku
bertemu dengan teman dari beberapa kampus, beragam jurusan, dan dengan kondisi
finansial yang berbeda; yang sekiranya bisa membantu masalahku agar tidak
sampai pada situasi krisis. Dari beberapa diskusi yang insightful, aku menyimpulkan bahwa financial planning adalah kunci untuk memperbaiki kondisi finansial
kita, sekaligus menyadarkan kita tentang standar gaya hidup.
Beberapa hari lalu, aku membuat
jajak pendapat di akun instagram @rosidaoktaviaa. Jajak pendapat tersebut aku
gunakan untuk memetakan seberapa penting tulisan ini untuk pembaca. Aku mencoba
fokus pada kesediaan dan aktivitas keuangan mereka selama masa pandemi. Dari
hasil jajak pendapat dengan kurang lebih 72 responden, 53% diantaranya masih
memiliki tabungan; namun, dengan persentase yang sama, mereka kesulitan menabung
di masa pandemi; 79% diantaranya mengaku kesulitan dalam mengatur keuangan; dan
70% belum menemukan kecocokan dalam mengelola keuangan. Dari hasil jajak
pendapat itulah aku memutuskan untuk membagikan sedikit ilmu yang sedang aku
terapkan guna meningkatkan keterampilan literasi finansial, terlebih di masa penuh
ketidakpastian ini. Berikut perencanaan keuangan yang harus kalian coba.
1. Menentukan Tujuan Keuangan
Di setiap perencanaan pasti ada tujuan yang
diharapkan. Nah, kalian harus menyusun financial
goals yang achievable dan accountable. Terlihat mudah tapi rumit, guys. Panduannya menggunakan konsep SMART
(specific, measurable, attainable,
realistic, time based). Misal, aku ingin liburan ke Lombok di akhir tahun.
Jadi, aku harus menyiapkan dana berapa rupiah dalam waktu berapa lama dan
digunakan untuk apa saja. Kebutuhan uang saku, akomodasi, tiket masuk, dokumentasi,
dll. Makin detail makin bagus. Contoh lain, kalian ingin nikah tiga tahun lagi.
Nah, kalian harus tahu nih, pernikahan impian kalian itu seperti apa dengan budget berapa. Catat detailnya, masalah
pasangan yang belum ada, dipikir dan dicari sambil nabung. Cakep.
2. Financial Check
Up
Untuk
mencapai financial goal impian, kalian
harus tahu, sadar, dan mengakui kondisi keuangan kalian. Nah, kalian harus mencatat rutin aset, tabungan, hutang, dll. Kalian juga harus punya
personal cash flow yang spesifik dan
akurat. Berapa pemasukan kalian dan untuk apa saja sih uang itu. Contohnya Rosi
lampirkan pada gambar ya.
 |
Rekam keuangan Bulan Februari yang cukup kompleks. Kalian juga bisa pakai catatan digital lewat gawai, aku juga punya catatan digital, tapi tetap lebih nyaman mencatat ulang di buku, hehehe. sumber: koleksi pribadi |
Oh iya, cara ini butuh latihan, konsisten, dan
kedisiplinan yang tinggi agar kalian bisa mencapai financial goals impian. Dengan menerapkan sikap jujur dan disiplin
mencatat keuangan harian, kalian jadi dipermudah dalam menentukan jalan keluar
permasalahan keuangan.
Oke, aku akan jelasin sedikit tentang monthly budget overview aku. Aku
mengadaptasi rasio versi Li Ka Shing, seorang pebisnis asal Hongkong yang
membagi keuangannya untuk biaya hidup, sosialisasi, pengembangan diri, liburan,
dan investasi. Namun, tetap aku sesuaikan dengan kondisiku. Rasionya, 4-3-2-1.
Empat untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk nongkrong;
tiga untuk bayar kewajiban; dua untuk uang darurat; satu untuk tabungan dan
sedekah wajib. Nah, mengapa alokasi tabungan dan sedekah hanya satu atau 10%
dari pemasukan. Kuncinya adalah konsisten.
Setelah jelas pengeluaran wajib aku
berapa, aku jadi tahu saldo uang bulanan aku. Nah lalu uang tersebut aku pisah-pisah dan dimasukan dalam amplop
yang sudah kubagi. Untuk uang darurat dan tabungan aku taruh di ATM, agar tidak menggoda. Apabila di tengah bulan
aku dapat income dadakan, biasanya
aku bagi untuk uang darurat, kebutuhan sehari-hari, dan sedekah. Pokoknya
jangan lupa sedekah, walau sedikit nominalnya.
 |
Aku juga masih suka nabung recehan di celengan doraemonku wkwk. sumber: koleksi pribadi |
Apakah
teman-teman sudah menerapkan cara di atas? Jika sudah semoga konsisten dan segera mencapai keadaan finansial yang sehat. Jika
belum, segera praktikan. Kalian tahu gak, dengan menelanjangi finansial semacam
ini, kita jadi tahu, sebenarnya gaya hidup yang cocok untuk kita itu seperti
apa, dan bagaimana langkah memperbaiki kondisi tersebut. Baru deh, jika keadaan keuangan kalian sekiranya stabil, coba belajar investasi. Nanti aku cerita setelah aku belajar dari yang lebih ahli ya. Mungkin pembaca blog ini ada yang sudah paham tentang investasi? boleh tuh belajar bersama. Lebih dini kita akrab dengan literasi finansial, lebih cepat pula kita mencapai kemerdekaan finansial kita. Kalian tahu gak, menurut studi Alvara Indonesia: Gen Z dan Millenial Report 2019, bahwa millenial hanya mampu mengalokasikan uangnya untuk ditabung kurang dari 10%, padahal milenial yang sehat secara finansial memiliki dampak yang signifikan terhadap pembangunan Indonesia berkelanjutan.
Oh iya, standar gaya hidup kalian adalah milik kalian. You only live once, jadi jangan sampai menyesal karena tidak melek finansial sedari muda hanya karena ngikutin gaya penghuni semesta yang gak bisa disamaratakan.
Coba dong, kalian bagi juga cerita dan tips finansial kalian di kolom komentar.
#IniUntukKita #MerahPutihCreatorCompetition #djpprkemenkeu