Latih Dirimu Bagian 5 | Selembar Surat untuk Ayah Ibu


Jujur saja, ayah ibuku tidak pernah tahu anaknya manis berkata-kata. 

Mereka hanya tahu aku gemar menulis. Itu saja. 

Nanti, saat aku bukan lagi tanggung jawab mereka, aku ingin mereka tetap menganggapku putri kecilnya yang gemar membuat ayah marah sebab suka lama membalas pesan, dan gemar merengek pada ibu tentang kehidupan. 

Aku ingin ibu tahu, aku lahir dari kesabarannya. Bukan dari rahim yang sempat membuatnya kesakitan sepanjang malam.

Aku ingin ayah tahu, aku dirawat oleh tawanya di penghujung hari penuh lelah. Bukan dari emosinya saat aku menjawab belum makan ketika ia bertanya.

Aku ingin ayah-ibuku tahu, sejauh apapun langkahku pergi, kita akan tetap rekat dengan doa.

Agar suatu ketika aku merasakan kurangnya hidup, aku tahu bahwa ayah-ibuku tak pernah lelah memberi cinta-- di atas macam keluh yang mereka simpan diam-diam.


Kediri, 23 tahun ayah-ibuku bersama.




Komentar