Episode 3 | Bertaut

Akhirnya aku melanjutkan episode ini. Kalau aku harus jujur, bukan karena tidak ada waktu melainkan aku sempat lupa jika ada yang belum tuntas. Maafkan aku.


Aku mulai dari mana ya. Hehe.


Setelah aku menceritakan tindakan aneh beserta dosa-dosanya, aku menemukan satu rasa yang lagi-lagi sulit dijelaskan. Tidak manis, tapi mengejutkan. Bukan bukan, bukan cinta.

Seakan semesta mendukung bahwa aku perlu kamu untuk melanjutkan cerita. Sejak saat aku menyadari kesalahanku, banyak hal-hal kecil saling bertaut satu dengan lainnya. Aku tidak ingin bercerita detail. Jelasnya, semakin aku ingin menyelesaikan Kafka, semakin muncul babak-babak baru yang terlintas di pikiranku. Aku masih ingat jelas, setiap hariku selalu ada paling sedikit satu menit tentang kamu. Menyiksa namun nikmat. 

Sudah kukatakan dari awal. Ini rumit. Hal-hal yang sedih tak selamanya membuat menangis. Begitu pula, momen bahagia tak melulu penuh suka. Ini momen perih yang mengundang tawa.

Kamu tidak jahat. Tidak pula baik.
Aku masih ingat betul saat beberapa waktu Tuhan mempertemukan kita tanpa sengaja. Lalu saling menyapa. Mengobrol. Dan akhirnya kau digoda teman-temanmu. Aku menuliskan ini dengan tersenyum.
Kau berusaha menjadi dewasa di hadapanku. Menjadi lelaki paling melindungi. Melindungi siapapun tak berarti aku. Intinya kamu begitu menarik di mataku, padahal kata teman-teman kita, kau teramat jail dan aneh. 
"Bagaimana bisa aku selesai dengan tokoh Kafka jika Tuhan saja masih menciptakan alurmu dan alurku saling bertaut?"

Sampai detik ini. 

Komentar