Latih Dirimu Bagian 3 | Asrama UM: Sebuah Cerita dari Rantau

Jika suatu ketika ada yang bertanya padaku, hal paling berkesan selama kuliah, aku akan menjawab asrama dan cerita-cerita yang tercipta. Tak hanya itu sebenarnya, namun asrama menjadi begitu istimewa sebab di situlah aku tersesat dan menemukan banyak makna yang berpengaruh bagiku. 

Dulu, ketika aku resmi menjadi mahasiswa UM, Rosi bilang ke ibu, "cari kos susah ya, Bu. Gak ada yang cocok, gimana kalau asrama aja?"  

Reaksi pertama ibu yang pasti terkejut dan merespon, "yakin a?" wkwkwk. 

Aku diam tidak menjawab. Begitu pula ayah yang saat itu turut mendengar obrolanku dengan ibu. Suasana sunyi tercipta beberapa detik, lalu ibu melanjutkan ucapannya, "asrama pasti banyak aturannya, kalau ibu sih senang dan merasa aman kalau Rosi mau di asrama, tapi apa Rosi gak tertekan, takutnya justru ganggu kuliahmu."



Singkat cerita, dengan banyak pertimbangan kami sepakat memilih asrama. Biar kuingat, saat itu aku mendaftar, seleksi, dan semuanya sendiri karena ayah sibuk dengan pekerjaannya. Aku tak bermalam di Malang, aku langsung balik Kediri setelah wawancara. 


Sejujurnya, banyak hal yang membuatku cemas dan ragu jika nanti menjadi bagian dari asrama. Terlebih jika sifat tidak mau diaturku ini tidak dapat terkontrol dengan baik.

Bulan-bulan pertama di asrama, aku sulit sekali beradaptasi, khususnya tentang berbagi kamar. Bagiku kamar adalah privasi, tapi saat di asrama harus rela menipiskan dinding dari  istilah privasi. Saat aku terbiasa tidur dengan lampu padam, aku harus mengalah dengan lampu terang. Saat aku terbiasa me time di dalam kamar tanpa ada yang bisa mengganggu, aku harus sadar jika ini kamar bersama. Ketika teman kamarku kesulitan entah sakit atau sedih, aku harus peduli dan merelakan aktivitasku untuk mendengar ceritanya. Ya. semua kebiasaan itu terbilang baru untukku. 


Semester satu aku cukup riweh dengan banyaknya kegiatan yang harus aku ikuti. Kuliah dan tugas-tugasnya; kegiatan jurusan, fakultas, universitas; ditambah kegiatan asrama. Semua berjalan bersama tanpa ada yang mau mengalah. Benar-benar ajang adaptasi yang menguras emosi dan energi.

 

Memasuki semester kedua, beragam cerita asrama mulai membuatku nyaman, walau tidak semua menyenangkan namun cukup membuatku mengerti pentingnya kepedulian, mulai sayang. Akhirnya aku coba mendaftar sebagai Pengurus Rumah Tangga Asrama dan diterima. PRTA adalah organisasi pertamaku pada masa kuliah. Walau jika aku harus jujur (lagi), aku tidak sepenuh hati dalam mendaftarkan diri sebagai PRTA. 

Semua kisah-kisah di asrama masih tersimpan rapi sekali dalam kotak kenanganku. Begitu panjang dan melelahkan jika kuulas semua. Huhu. Ingin rasanya kutulis menjadi bagian tersendiri dalam bukuku nanti. Allahumma Shalli ala sayyidina Muhammad. 

Rapat tiap malam, proker menumpuk, dimarahin ibu satpam sampai nangistugas kuliah yang kurang maksimal, begadang siapin proker, paginya pas kuliah ngantuk, padahal aku gak bisa merem kalau di kelas, masalah makan gak usah ditanya-- sangat tidak tepat waktu. Banyak hal-hal baru yang membuatku lelah namun kalau dinikmati asik juga. Hehe.

 

Cerita demi cerita terus bertambah hingga tahun kedua aku di asrama. Punya adik-adik ratusan, saudara-saudara satu atap yang tanpa sadar sangat mengenal bagaimana aku. Banyak. Seperti kataku, semua cerita masih terekam cukup jelas dalam pikiranku. Beberapa yang sangat berkesan aku simpan dalam hati. 

Asrama. Selalu meninggalkan bekas yang tak ingin dilepas. Melimpah cerita dan pengalaman. Kalian tahu hal paling mengubahku saat di asrama? Menjadi imam salat dari ratusan warga asrama. Nuansa hatiku berubah tanpa bisa kujelaskan rasanya. Benar-benar damage unik dan luar biasa. Pengen nangis pas nulis bagian ini. Kangen banget sama asrama yang sudah banyak pembangunan hehe.

 

Hingga tiba pada aku sebagai salah tiga dari saudaraku, Ama dan Taqi yang melanjutkan asrama di tahun ketiga. Qadarullah, di awal-awal, aku yang sangat tidak nyaman dengan atmosfer asrama justru menjadi salah satu dari tiga warga yang paling lama bertahan. Semesta memang lucu, dipinta Tuhan untuk menjadikan penghuninya terkejut dengan kuasaNya yang luar biasa. 

Aku ingin cerita lebih banyak lagi tentang asrama. Tentang kepedulian, berbagi, cinta, semua. Namun tidak di sini. Nanti kapan-kapan. Yang jelas, terima kasih untuk semua cerita dan pelajaran berharga dari asrama dan penghuni-penghuninya. Aku rindu.

 


Komentar