Cerita tentang Teman



            Awal tahun yang menyejukkan. Kali ini saya menulis ditemani rintik air keberkahan dari Sang Pencipta. Aroma kesejukannya sama sedapnya dengan racikan teh Ibu setiap harinya. Tapi untuk kesetiaannya jauh lebih besar kesetiaan secangkir teh dari Ibu ketimbang rintikanmu yang datang tak setiap pagi. Saya sering berkata bahwa hujan selalu bisa menjadi cerita, baik mengenai kegundahan maupun kegembiraan. Entah pesona apa yang diberikan hujan melalui tetesan airnya. 

            Hujan awal tahun mengantarkan saya bicara tentang teman. Sosok manusia yang tak pernah hilang dalam hidup. Saya, Anda, kita, baik adik sepupu saya yang masih balita hingga nenek saya yang telah lansia tetap membutuhkan teman. Saya rasa teman bisa disandingkan dengan karbohidrat yang menjadi kebutuhan pokok manusia. Sejak kecil saya sudah ditinggal kedua orang tua saya bekerja. Saat di Sidoarjo saya tidak pernah bertemu mereka hampir tiga perempat hari, dan siapa pengganti mereka? Teman. Saat itulah saya mulai memahami peran teman.




             Teman tak hanya sebutan. Bagi saya mereka ikut berperan dalam hidup. Memang benar keluarga memegang peran utama, tapi hanya selisih 10% dengan peran di bawahnya, yaitu teman. Tanpa bisa dipungkiri, quote dari kartun Anime paling digandrungi ini benar adanya “Teman adalah orang yang menyelamatkanku dari neraka bernama kesepian” –Naruto Uzumaki.

            Bersama teman, kebosanan tak akan terjadi. Bersama teman, pengalaman bertambah. Bersama teman tak akan ada lagi kesepian di tengah keramaian. Dan bersama teman, inspirasi akan datang. Lalu apa peran teman sama seperti sahabat? Sebelum saya menjawab, saya akan sedikit bercerita tentang sahabat-sahabat saya. Dari taman kanak-kanak saya sudah memiliki sahabat. TK, SD, SMP, SMA, hingga sekarang saya menyandang status mahasiswa saya memiliki sahabat. Namanya lucu loh, D’R (baca The R) ,  DuRiMurNi, DaKaRinKa, DI. Pasti kalian tidak sadar, jika nama persahabatan saya dimulai dari huruf D semua? Haha. Saya juga baru sadar saat menulis artikel ini. Mungkin akan ada artikel lebih lanjut tentang rahasia di balik huruf D. Tunggu saja.

            Baiklah. Perbedaan antara sahabat, dan teman. Jika bicara tentang dua sebutan ini, pastinya ada perbedaan. Menurut saya, teman adalah mereka yang mampu mengubah kesepianmu menjadi keramaian bersama, mereka ada disaat kita mendekat dan menggauli mereka, tidak berarti terpaku dalam satu teman dapat membuat hidupmu selalu gembira, tapi membuat hidupmu berbagai warna. Seorang teman tak selamanya menghiburmu. Hanya membuatnya anti mainstream.

Sedangkan sahabat, lebih dari itu. Sahabat merupakan status tertinggi dari sebuah pertemanan. Bukan ia yang selalu hadir untukmu, tapi ia yang pandai menempatkan diri dalam hidupmu. Bukan lagi yang menciptakan keramaian, tapi berubah menjadi kedamaian. Ia yang akan menghapus warna-warna gelap dan menggantinya dengan warna yang lebih terang. Kesimpulannya teman yang menciptakan, sahabat yang memperbaikinya, jika yang diciptakan teman membuatmu mengeluarkan air mata.

Saya suka memiliki banyak teman. Sudah saya katakan di atas,bahwa  banyak teman banyak inspirasi. Tidak jarang inspirasi tulisan saya datang dari kalian. Jujur saja, lebih banyak teman yang mendatangkan inspirasi, ketimbang sahabat. Sahabat lebih banyak mendatangkan evaluasi daripada inspirasi, itu alasan kenapa sahabat lebih suka memperbaiki, daripada menciptakan. Saya rasa paragraph ini terlalu banyak menggunakan kata banding. Maafkan.

Menulis adalah proses menerjemahkan hidup. Sumber penerjemahan terbesar terletak pada mereka yang hadir di setiap pagi hingga menjelang saya terlelap. Sebagian besar adalah teman. Dengan segala macam inspirasinya, teman memberi saya alasan untuk tetap menulis. Tanpa alasan saya akan mati. And now, I need a lot reason to continue writing. Give me reason, my fellas...
 

Komentar