Mari aku lanjutkan. Sebelumnya aku telah menjelaskan bahwa kau adalah jelma tokoh fiksi yang menemaniku setiap malam hingga pagi. Kata demi kata aku rangkai hingga alur yang diinginkan tercipta begitu saja. Ya. Aku terlalu menikmatimu melalui tokoh fiksi tersebut. Hingga aku lupa, bahwa aku belum benar-benar mengenalmu. Seperti yang telah aku katakan di episode 1, aku sama sekali tidak tahu siapa dirimu. Ketertarikanku padamu terjadi begitu saja.
Sesuai janjiku, aku akan menjelaskan betapa besar rasa bersalahku terhadapmu. Bayangkan saja, bertahun-tahun aku ada dalam bayang-bayang Kafka, tokoh fiksi andalanku. Sebenarnya aku bahagia menjadi detektif Mas untuk menghidupi Kafka. Namun, kegundahanku muncul saat aku memikirkan bagaimana bila apa yang aku terka selama ini salah. Bagaimana bila kau mengetahui ini semua, lalu kau tidak terima dengan apa yang aku rangkai lewat imajinasi. Sebab, layaknya manusia biasa; yang dilihat baik oleh satu manusia belum tentu baik oleh manusia satunya lagi. Mas simpulkan sendiri betapa bersalahnya aku, bahkan hingga episode 2 ini aku tulis.
Aku tidak punya alasan yang konkrit mengapa aku menginginkan Mas, entah sebagai teman, sumber inspirasi, atau lebih dari itu. Kukira aku perlu mengenalmu benar-benar untuk menjelaskan segala yang kabur selama ini. Suatu saat nanti. Ya, suatu saat nanti. Entah sebagai apakah aku dan Mas, aku harap mengenalmu adalah salah satu rencana baik dari Tuhan.
Sampai jumpa di episode 3. Asal kau tahu, mencari-carimu adalah candu tanpa rasa yang jelas.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Aku menuliskan ini ketika aku menunggu azan magrib. Ketika dalam pikiranku dibingungkan dengan satu pertanyaan tentang sebuah alasan. Apa...
-
JEMARI TUHAN (MASIH ADA CINTA DI SANA) Oleh: Rosida Eka Oktaviani Pakartining Madu “ Kubisikkan doaku di cela...
-
Berapa kali kalian nongkrong dalam sebulan? btw, aku baru sadar kalau pas nongkrong jarang foto. wkwk. sumber: koleksi pribadi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar