Pekan Tiga: Sajak Kemelekan

LITERASI USIA 


Pada kelopak waktu yang disepakati Tuhan

Aku ingin bercerita

/

Usiaku menuju bukit balik kata yang tengah menumpuk di hampar keseharian

Ia ingin berjarak dari hiruk pikuk kesibukan yang begitu pekat

Rapat oleh mimpi pada bilik-bilik kekhawatiran

Jalanan kota ramah dengan gemuruh asap keangkuhan

Para pejalan berlarian mengunduh ego yang makin akrab bagi tubuh

Sementara, lamat-lamat hadir suara lalu mendekat

Semakin nyaring

Mengiang ledakan

Mengetuk balik jendela kesendirian

Berulang mengirim prasangka yang tak jemu berkata:

Bacalah, pikirlah, tulis!

 

Demikian tajam

Mencari sela-sela pori

Mengikuti aliran darah

Tiba menyapa jantung

Mengelus manja otak

Mengusap hati yang resah

Hingga meraba nyawa

Tak henti menghampiri ceruk-ceruk tubuhku yang senyap

Ada getar diri yang menularkan desir cinta pertama dan berharap selamanya

Terlintas jejakan hening yang teguh terjaga dan bimbang terlelap

Merawat kedalaman semesta

Menumbuh keabadian percaya

 

Bulir air mataku melukis kesiaan usia

Tak segera usai bercanda pada gelimang kefanaan

Semacam diulang

Sebuah permainan yang mencatat kerugian dalam batin perjalanan

Luruhan gerimis menerjang ruas tahun dan batas iklim

Semacam menjadi saksi

Kian dekat dilimbur ribuan getun bermukim

 

Nyaring suara yang terlalu itu kembali hadir

Dengan sinopsis jentera waktu

Sekuel amanah rindu

Sangat mungkin memercikkan awal haru

Suaranya semakin menyahut menggelegar

Mendesakku agar aku tersadar

Sebelum maut merebut, maka:

Bacalah, pikirlah, tulis!


*Pernah dimuat dalam antologi nasional.

Komentar