Pekan Satu: (masih) Bicara Kilas Balik


Masih pekan satu kan sekarang? Kali ini mau cerita aja sih. Santai, tidak mikir dan tidak riset. Sebentar, hai... aku belum salam. 
Assalamualaikum teman-teman. Bertemu lagi dengan pemilik blog yang berkunjung hanya untuk pelarian. Agar perlahan pulih mari menambah koleksi tulisan lagi mulai pekan satu 2021.

Masih saja kilas balik ya, Ros. Iya. Blog-ku belum dapat jatah. Akhir pekan lalu, aku bertanya tentang apa makna 2020 melalui instagram. Jawaban teman2 beragam. Semua menarik dan sudah terespon, baik publik maupun pribadi. Kini saatnya aku bercerita 2020 tentang diriku yang bertumbuh dengan banyak pupuk jenis baru.

2020 aku awali dengan tugas akhir program sarjanaku. Aku tahu jika aku bicara skripsi akan panjang, melelahkan, dan dramatis tapi bakal banyak pesan alam di sana. Jadi, kubuat episode khusus. Nantikan saja kalau berkenan.

Selain itu, awal tahun aku juga hectic dengan program relawan dan program festival buku di Malang Raya. Satu hal yang paling kusyukuri adalah kesempatan bernegosiasi dengan lebih dari 30 pembicara. Bisa dibilang keluar dari zona nyaman ya, sebab aku harus benar-benar membuka diriku seakrab mungkin dengan orang baru; dengan beragam bidang. Bisa juga pengalaman ini menjadi pintu awal aku berani mengenal lebih banyak orang dan lebih banyak lagi disiplin ilmu. Cukup melelahkan tapi penuh cerita.

Belum kelar penelitianku yang kurang satu pertemuan, pandemi tiba. Alhasil, perputaran otak terjadi dengan banyak solusi dadakan. Pasca itu, tagar #dirumahaja menjadi keresahan tersendiri bagiku. Ada hal yang ingin buru-buru kurampungkan tetapi harus diurungkan. Aku belajar menerima keadaan dan mencoba tidak menyalahkan siapa-siapa.

#dirumahaja juga membuatku lebih banyak merenungi diri bersama Tuhan. Asyik, lama tidak kencan begitu dekat dengan Tuhan :( Luaran dari seringnya berbincang dengan diri sendiri dan Tuhan membuatku memahami diriku lebih jauh (lagi).

21 tahun. Aku tidak pernah merasa diriku setertekan saat itu. Aku rasa kegagalanku tiba. Merasa tidak tahu harus melangkah kemana. Yang harusnya selesai belum juga usai. Bisa dibilang gagal terbesarku adalah khawatir terhadap kehendak Allah yang jelas kepastian dan ketepatannya. Mau menangis kalau ingat.

Hingga akhirnya aku membuka diriku lagi untuk bertemu orang baru. Berkenalan, bercerita, belajar, dan bertindak agar tetap waras. Aku tahu tidak hanya aku yang merasa resah atau mungkin kehilangan arah kala itu. Tapi jelasnya, semua bisa lolos uji tahunan. Yeay! Mari berucap syukur bersama. Alhamdulillah.

Aku mulai bekerja lagi, beraktivitas, dan terhubung walau dalam jaringan. Pikiranku masih tentang tugas akhir, tetapi dengan segala usaha yang telah kulakukan tetap saja, aku hanya bisa mengendalikan diriku; bukan orang lain.

Di sela-selanya aku aktif dalam program relawan pendidikan dan literasi, serta magang di start up digital marketing. Kisah dan asah keterampilan baru, khususnya menyajikan konten SEO untuk klien. Aku melakukannya karena aku sering rendah diri jika tidak terhubung dengan apa dan siapa.

Singkat cerita, aku berhasil selesai tanpa menjadi gila yang sebenarnya. Hahaha. 

Sudah. Tamat sampai situ? Belum.

Akhir tahun 2020 aku kembali patah hati sesaat setelah memutuskan jatuh hati. Roller coaster banget ya 2020. Banyak yang hadir tiba-tiba dan mengejutkan. Termasuk aku. Aku juga terkejut atas diriku sendiri.

Kejadian yang menimpaku di bulan 12 adalah kejadian paling cepat sepanjang tahun. Dengan segala prasangka yang telah ditutupi kepercayaan, ternyata tetap saja kecewa dengan ekspektasi sendiri. Ya, sekali lagi diajak bercanda dengan waktu.

Tidak apa. Semua belajar. Belajar mengontrol diri agar tidak sering lagi menyakiti. Dengan segala sudah yang kupaksakan serta segala kecewa tanpa penyesalan, aku jadi bertanya "apa yang perlu kuperbaiki agar tak terulang lagi?" Tampaknya benar kata Ibu.

"boleh menginginkan, memperjuangkan, hingga menangisi sesuatu ketika hilang, tapi sekuat apapun jangan sampai kehilangan diri. Tetap kamu yang utama." Mungkin itu.

Paling lapang ya tetap mengoperasikan pikiran dan menghargai proses. Hanya satu, makna tidak pernah hilang.

Sekian dari 2020.

Komentar