Bingung.


Aku  menuliskan ini ketika aku menunggu azan magrib. Ketika dalam pikiranku dibingungkan dengan satu pertanyaan tentang sebuah alasan. Apakah semua hal terjadi karena sebuah sebab? Jika iya, mengapa aku sekarang bingung

Kalian pasti sepakat bahwa kerja semesta mengejutkan. Tidak gampang ditebak, bahkan tentang sesuatu yang dekat dengan kita secara personal. Apakah kalian pernah mengira akan membaca tulisan ini di lima menit yang lalu? Tentu saja tidak.
Lalu, apa alasan kalian memilih mengunjungi kanal ini melalui pranala yang dibagikan penulis? Penasaran? Atau hanya iseng?

Seakan semua perlu alasan. Bahkan untuk hal-hal abstrak yang enggan disentuh otak. Sebagian orang sepakat, bahwa alasan manusia pergi adalah tidak suka. Tapi, apakah itu sebuah kepastian? Tentu saja sebagian manusia lagi akan bicara tentang takdir. Jawaban yang membosankan. Semua manusia bertuhan juga tahu jika Tuhan kita adalah pemilik abadi kita. Atau mungkin sebagian lagi berkata melepaskan, rela. Itu pasti kata pujangga.

Kalian pasti pernah ada dalam kondisi di mana kalian menemukan sebuah alasan atas sebuah peristiwa, tapi tidak yakin jika itu alasannya. Ada alasan kedua, ketiga, hingga keseratus yang mengikuti. Bahkan ada pula yang jawabannya tidak tahu. Kalau belum pernah, kalian hilang sadar.

Sekarang begini,
jawab aku.
Apakah kamu nyaman denganku? Apa alasanmu nyaman atau bisa jadi tidak nyaman dengan kehadiranku?
Apakah jawaban kalian adalah sebuah kebenaran? Perspektif.

Aku tidak menyalahkan pernyataan bahwa segala hal dalam hidup terjadi karena punya alasan. Tetapi, sepakatkah kalian bahwa hidup punya pesan. Bisa baik atau sebaliknya.
Banyak hal tak konkrit yang ternyata tak perlu penjelasan mengapa itu semua terjadi. Di luar sebab Tuhan. 

Mengapa tak memilih fokus terhadap pesan apa yang dibawa oleh sebuah peristiwa, bukan mencari-cari alasan mengapa manusia bisa sampai pada titik tersebut. 

"Karena tidak semua peristiwa punya kalimat yang padu untuk dijelaskan."




Jadi, apa kalian nyaman dengan kehadiranku?

Episode 3 | Bertaut

Akhirnya aku melanjutkan episode ini. Kalau aku harus jujur, bukan karena tidak ada waktu melainkan aku sempat lupa jika ada yang belum tuntas. Maafkan aku.


Aku mulai dari mana ya. Hehe.


Setelah aku menceritakan tindakan aneh beserta dosa-dosanya, aku menemukan satu rasa yang lagi-lagi sulit dijelaskan. Tidak manis, tapi mengejutkan. Bukan bukan, bukan cinta.

Seakan semesta mendukung bahwa aku perlu kamu untuk melanjutkan cerita. Sejak saat aku menyadari kesalahanku, banyak hal-hal kecil saling bertaut satu dengan lainnya. Aku tidak ingin bercerita detail. Jelasnya, semakin aku ingin menyelesaikan Kafka, semakin muncul babak-babak baru yang terlintas di pikiranku. Aku masih ingat jelas, setiap hariku selalu ada paling sedikit satu menit tentang kamu. Menyiksa namun nikmat. 

Sudah kukatakan dari awal. Ini rumit. Hal-hal yang sedih tak selamanya membuat menangis. Begitu pula, momen bahagia tak melulu penuh suka. Ini momen perih yang mengundang tawa.

Kamu tidak jahat. Tidak pula baik.
Aku masih ingat betul saat beberapa waktu Tuhan mempertemukan kita tanpa sengaja. Lalu saling menyapa. Mengobrol. Dan akhirnya kau digoda teman-temanmu. Aku menuliskan ini dengan tersenyum.
Kau berusaha menjadi dewasa di hadapanku. Menjadi lelaki paling melindungi. Melindungi siapapun tak berarti aku. Intinya kamu begitu menarik di mataku, padahal kata teman-teman kita, kau teramat jail dan aneh. 
"Bagaimana bisa aku selesai dengan tokoh Kafka jika Tuhan saja masih menciptakan alurmu dan alurku saling bertaut?"

Sampai detik ini.