(Sedang) Belajar Mencintai Dunia Baru
Assalamualaikum Akhi wa
Ukhti. Kali ini saya akan berubah menjadi muslimah yang anggun. Eits jangan
kira karena judul artikel ini ya, saya pertegas itu hanya judul. Baiklah para
sahabat muslim, jatuh cinta merupakan suatu perasaan dimana kita berlebih
menyukai sesuatu. Jatuh cinta adalah penyakit hati, dan bisa kita sebut sebagai
surganya dunia. Khemb… itu deskripsi saya sendiri, hehe. Sebenarnya saya tidak
ingin mengungkit masalah cinta di dalam artikel ini, tapi apalah daya. Tarian
jemari saya jauh lebih lincah, sayang.
Back. Beberapa hari ini,
saya sering mendapat pesan di berbagai social media yang saya punya. Ini biasa
saja sih, tapi menjadi tidak biasa saat yang mengirimi saya pesan adalah
orang-orang yang belum saya kenal sebelumnya. Entah apa yang membuat saya
tiba-tiba menjadi terkenal. Ahh ini perasaan saya saja. Rata-rata mereka
bertanya tentang dunia menulis. Mulai
dari yang mudah dijawab hingga yang harus berpikir keras. Mulai dari ‘apa yang
membuatmu suka menulis?’ sampai yang ‘bagi ilmu nulisnya dong, Mbak’ Ini nih
yang membuat saya bercermin tiba-tiba. Siapa saya?
Menulis sudah menjadi hobby
saya sejak kecil. Dari kelas 5 SD saya sudah mulai suka menulis apa saja, mulai
dari puisi, buku harian, hingga sepenggal cerpen yang sulit terselesaikan saat
itu. Puisi pertama saya judulnya Kelinci, ini terinspirasi dari teman saya yang
menggila dengan kelinci. Nanti deh kapan-kapan saya post puisi itu., asalkan
kalian jangan tertawa jijik ya. Hehe. Saat itu puisi saya menjadi puisi terbaik
pada jamannya, akhirnya puisi itu ditempel di madding sekolah dan membuat saya
teramat senang. Sejak saat itu saya mulai banyak menulis, tapi karena saat itu
belum jamannya anak SD punya laptop, saya hanya menulisnya di buku harian yang
sekarang entah kemana. Buku itu terakhir terlihat saat saya masih di Sidoarjo.
Saat SMP saya berhenti
menulis. Hanya ada beberapa karya disana, saya rasa tidak lebih dari 10 karya,
atau hanya 5? Hmm saya tidak ingat betul. Saat itu saya belum kenal dengan apa
itu bakat.Jadi, boro-boro saya mengenal apa bakat saya. Di akhir masa SMP saya
mengikuti lomba cipta cerpen untuk pertama dan terakhir kalinya, dan akhirnya
kalah. Pfft…itu masa kelam saya di dunia menulis. Satu lagi nih, sejujurnya
saya sedang berusaha menyelesaikan terrible short story saya yamg sudah
menjamur dari SMP, dan itu tulisan tangan. Oh My God, it was difficult. Konklusi
dari problem ini adalah continuing old story more difficult than getting started. Idenya udah tenggelam,
tinggal kenangan.
Next masuk masa-masa akhir
menjadi siswa SMA. Saat itu saya mulai menulis lagi. Menulis dan menulis, walau
dulu belum punya laptop jadi sama seperti saat aku SD. Menulis di atas lembaran
kertas dan menyimpanya menjadi sampah berguna. Beberapa kali juga menulis untuk
megikuti lomba online, dan mengirimnya di media massa. Alhamdulillah dalam
waktu 3 tahun aku menulis, ada 8 buku antologi cerpen dan puisi yang di
dalamnya ada karya saya. Untuk media massa saya masih harus bersabar, dan terus
berlatih karena hanya 2 karya puisi yang terpampang. Udah antologinya, kapan
buku solonya?
Pertanyaan di paragraph
sebelumnya, saya usahakan liburan semester genap deh, semoga saja lancar jaya sentosa. Belum
siap lahir batin saya untuk menggarap kata-kataberpuluh bahkan ratusan halaman.
Hihihi. Saat ini saya menjadi mahasiswa aktif di Universitas Negeri Malang.
Lebih suka nulis artikel untuk blog, lebih suka curhat-curhat manja di laman
blog. Meskipun begitu saya juga masih sering nulis cerpen dan puisi. Bedanya
sekarang waktunya nulis terbagi tiga. Jujur lagi, saya sedikit macet dengan
cerpen. Entah, apa karena kurang latihan ya. Pokoknya sekarang kerjaan saya
adalah ngomong sendirian di blog melalui ramuan kata-kata saya. Kalau ada yang
baca ya syukur kalau nggak ya syukur juga. Sama-sama bersyukur, agar Tuhan
tidak menambah kemalasan saya untuk berkarya.
Menulis adalah mematri
peradaban. Bagi saya menulis dapat menmbah masa aktif kita untuk hidup. Bukan
berarti menantang takdir ilahi, tapi dengan menulis kita bisa terlihat abadi
dengan karya kita. Aduh kenapa jadi bijak begini. Sebagai manusia, makhluk
berakal yang punya sejuta ide (sebenarnya) hidup untuk membaca saja tidak
cukup. Hanya sekadar tahu saja kurang. Kita sharusnya memaksimalkan kelebihan
yang diberi Tuhan. Salah satunya dengan menulis, membagi pengalaman, ilmu
melalui aksara. Meskipun terlihat sepele tapi kita telah berkontribusi juga
untuk Negara kita.
Saya pernah nih dengar
cuit-cuit orang yang intinya begini, “kamu menyampaikan opini lewat tulisan? Mana
bisa mengubah Negara ini menjadi maju. Angkat bicara dong! Budaya membaca di
sini itu sudah rendah, jadi percuma kamu sampaikan pendapat kamu hanya melalui
tulisan,” Oke, saya mulai berpendapat. Kenapa menyampaikan pendapat lewat
tulisan? Yang pertama, kita semua bukan orang penting bagi mereka (yang berada
di atas) kita tidak terlihat. Yang kedua, karena kita kecil ketimbang mereka,
tidak semua dari kita mendapatkan kesempatan berpendapat langsung secara lisan.
Akan ada kesempatan kok! Ya, kesempatan memang ada, tapi kapan? Kita tidak
tahu. Ya kalau datangnya sebelum masalah selesai its okey lah, kalau ternyata
kesempatannya datang terlambat, what should you do? Final, ur great opinion
useless.
Alasan kedua, rendahnya
literasi di Indonesia, percuma nulis gak dibaca! Kita semua tidak sadar bahwa
membaca adalah satu satunya jalan membuka dunia. Lagian juga sekarang banyak
sekali gadget, laptop, ipad dan sejenisnya yang bisa mengakses semua informasi
very very easy. Wifi, counter everywhere. No problem dong kalau lebih penting
baca berita daripada bacain caption mantan? Toh juga gak semua orang Indonesia
hobby bacain captions, twits, storiesnya para gebetan atau mantan mereka. Nah,
ini our homework, yaitu mengemas
pendapat kita sedemikian rupa hingga bisa jadi trending topics. Masa kalah sama
selebritis instagram? Coba direct message salah satu selebgram dan tanya
langkah-langkah memikat nurani masyarakat sejagad maya untuk berkomentar.
Intinya tidak ada yang sia-sia dengan kita menulis. Masih banyak media yang
open dengan karya kita. Kreatif yuk.
Sebenarnya, saya ngomong
panjang kayak di atas itu juga sebagai self reminder pribadi. Saya manusia biasa yang punya tingkat keraguan cukup
tinggi. Saya perlu berpikir berkali-kali untuk menyampaikan pendapat saya. Its normal.
Selain rasa ragu, adapula rasa takut. Sampai-sampai saya perlu membaca tulisan
saya berulang-ulang sebelum saya publikasikan. Hehe.
Bagaimana sih cara Rosi
memulai nulis? Hm, saya sedikit malu untuk membongkar kebiasaan saya. Jadi
gini, saya remaja akhir yang labil. Tidak setiap waktu saya mood untuk nulis.
Saya masih pribadi yang mudah terbolak-balik hatinya. Makanya, kalau ditanya
perihal ilmu menulis, saya bertanya ulang pada diri saya, who am i? I am just
someone who is learning to write. Gitu sih, jadi saya nol dalam kepenulisan. So,
cara saya mulai nulis adalah mengumpulkan niat dan memperbaiki mood. This takes
a long time. Tanpa kesuksesan di tahap ini, I didn’t produce anything. Tahap
selanjutnya adalah berkhayal, I love this part. Kalau masalah bayang membayang,
Im smartest, dan dijamin sering banget keluar dari zona topik. Keasyikan ngayal
sampai lupa kalau ada tahap selanjutnya, yaitu mengaksarakan khayalan tersebut.
Ini juga perlu jatuh cinta dulu sama topiknya, kalau nggak ya buntu. Ya
gitulah, cara basi yang sebenarnya sok disegarin lagi.
Bagi ilmu nulisnya dong Kak,
kiat-kiatnya gitu? Udah saya bilang, saya gak punya ilmu yang berarti di
kepenulisan. Yang saya punya pengalaman mainstream. Hahaha kiat-kiatnya ya?
Kumpulin niat sekuat tenaga. Biar bisa selesai tulisan-tulisanmu dalam sekali
duduk. Mager nih mau nulis? Wkwk belum nulis udah mager, kalau saya lebih
sering mager di tengah-tengah nulis. Cara ampuh biar gak mager nulis adalah
ubah mindset project menulismu menjadi sebuah tugas, dan itu adalah suatu
kewajiban yang wajib kamu selesaikan, bila perlu kasih deadline. Lagi-lagi ini
self reminder juga untuk saya. Maklum Rosi tukang mager di asrama.
Cara dapetin inspirasinya
gimana? Wah kalau ini jawabannya satu, yaitu membaca banyak bacaan. Ingat
bacaan yang menghasilkan ilmu, jangan bacaan caption mantan. Bercanda. Tidak
bisa dipungkiri, menulis dan membaca adalah saudara kembar yang kurang identic.
Mereka berbeda secara fisik, but mereka saling membutuhkan satu sama lain. Kita
tidak akan kaya kosakata jika tidak sering membaca. Nah, ini budaya literasinya
harus ditingkatkan. Saya adalah gadis pecinta buku. Tapi, ya tetap saja sering
malas baca buku dan memang lebih asik baca isi instagram dan twitter gebetan
sih. Haha, sedang proses berusaha memperbanyak bacaan. (kok dari tadi
sangkut-sangkuti gebetan dan mantan? Iya lagi hitz banget 2 makhluk itu)
Lalu, kendala-kendala dalam
menulis? Waduh, banyak sekali saudara. Yang paling parah nih ya, banyaknya
draft artikel, dan cerpen yang tak terselesaikan dan akhirnya nyampah. Ini
penyakit, Rosi sering banget nyampah draft yang lupa konsep. Dan ini masih
meraba cara mengatasinya. Kendala lain sih kendala klasik, dan Rosi yakin semua
penulis baik professional atau pun belum itu mengalaminya. And finally,
konklusinya kumpulkan niat baik, dan mulailah. Jangan pernah menunda selagi
waktu masih mendukung. Karena sejatinya gonggongan diri akan terkalahkan oleh
waktu yang tak akan bisa terulang. Sekian dari Ukhti yang tiba-tiba bertransformasi,
sejenak. Semoga bermanfaat, salam cinta dari penulis yang baru merangkak.
Wassalamualaikum wr.wb
Diskusi, komentar, dan pertanyaan
sangat terbuka.