Diari Rosi | Sidoarjo 24 Jam



Cinta Lama Berjumpa Kembali
Oleh: Rosida Eka Oktaviani Pakartining Madu

Bersama BFriend katanya
Apa kabar kalian? Sesuai mimpi aku yang Alhamdulillah come true beberapa waktu lalu, aku langsung semangat nih untuk nulis laporan perjalananku. Sudah mirip tugas bocah SMP ya, hehe. Jadi, aku punya keinginan kalau nanti ketika aku sudah kuliah, di tahun pertama aku kepingin main ke tempat masa kecilku bersama teman masa kecilku. Dan Alhamdulillah terpenuhi di liburan semester dua ini. Tidak ada rencana pasti sebelumnya, semua serba mendadak. Bahkan di awal aku bingung mau menginap dimana dan berkunjung bersama siapa. Kubilang apa, mendadak.
Mulai dari pemesanan tiket keberangkatan. Waktu itu tiket sudah aku pesan H-7 sebelum tanggal 19. Namun naas tiket itu hilang dan aku baru menyadarinya H-3 jam keberangkatan. Ceroboh! Waktu itu aku juga belum mengantar poster dan brosur ke kantor A3, belum pack barang-barang aku, belum bersih-bersih kamar, belum setrika, belum mandi, aizztt belum siap pokoknya. Syukur Alhamdulillah aku bisa meminjam sepeda motor salah satu temanku untuk membeli tiket go show, dan available. Allah masih mengizinkanku untuk melepas rindu. Oke, aku berangkat seawal mungkin, agar kecerobohanku tidak terulang lagi, kini Go-jek yang menjadi pahlawanku. Pastinya di balik keberangkatan yang lebih awal, ada hal yang terlewatkan. Kamar, ya kamarku tidak karuan. Bodo amat, itu urusan nanti.
Skip aja ya cerita di kereta, tidak ada yang unique. Intinya aku menikmati perjalanan dengan rute  yang berbeda ini. Sampai di Sidoarjo, dengan waktu keterlambatan 26’ dari waktu yang tercetak di tiket kereta. Hm, no problem aku tahu ini Indonesia. Tak menunggu waktu lama, aku langsung dijemput oleh om. Malam harinya aku berkeliling Sidoarjo dengan kemacetannya. Pertama, aku ke alun-alun Sidoarjo. Alun-alunnya sih gak padat, yang padat itu jalanannya. Jujur, aku lama tidak merasakan kemacetan semacam ini. Walau aku tahu kalian berpikir di Malang juga macet, tapi itu berbeda.

Setelah bosan dengan alun-alun, aku berkeliling  di area Gading. What is it? Gading adalah area like a night mart. But, disana itu kaya kawasan perumahan yang belum jadi, terus dibuat orang-orang berdagang dulu gitu. Ya sama, macet. Ramai sekali teman, aku sampai bingung mana penjual mana pengunjung, wkwk. Lahannya luas sekali, ya sama wes kaya perumahan yang multifungsi. Aku di sana gak dapat apa-apa. Tahu sendiri, aku orangnya tidak nyaman berada dikeramaian. Kalau mau beli sesuatu terus ramai dan antre, Hm mending aku pergi dan menahan keinginanku di lain waktu. Itu aku. Dan akhirnya aku hanya dapat sepuluh tusuk sempol, makanan ringan yang sering aku makan di kampus. Itu yang merengek sih adik, bukan aku.
foto bersama mantan orang tua asuh
Keesokan harinya aku berkunjung di daerah kenangan. Kenangan tentang mantan. *tolong tidak usah baper. Maksudku mantan sekolah, mantan desa, mantan rumah, dan mantan – mantan yang lain. Awalnya aku berkeliling Gedangan ditemani oleh Sendy, tapi karena dia terlalu lama mengurusi urusannya di bandara, oke aku ninggalin dia. Jahat sih, tapi kalau aku nungguin dia bisa-bisa aku tidak sampai target nanti. Destinasi pertama adalah melewati desaku yaitu desa Wedi, lanjut ke Betro, Sedati, dan Cemandi. 
Cukup lama aku beristirahat di SMPku dulu, sambil menunggu adhzan Dhuhur tiba aku mencoba menghubungi teman-teman lamaku di Sidoarjo. Alhasil, mereka pada kuliah semua. Huaaaa :’( Sebuah kesalahan karena aku menghubungi mereka secara mendadak. Sebenarnya, aku takut kalau aku menghubungi mereka jauh-jauh hari, terus gagal hm aku gamau meng-php mereka. Untungnya teman kecilku ada yang sedang libur kuliah. Ya, pada akhirnya aku kembali pada teman masa kecilku. Teman paling akrab ketika duduk di bangku taman kanak-kanak. Ari, teman yang paling istiqomah memanggilku Oci. Haha, oke sekarang aku dedikasikan nickname Oci adalah milik Ari. wkwk. 
di depan SDN Wedi
Hampir 2,5 jam aku mengobrol dengan Ari dan mamanya. Banyak sekali topik kala itu, sampai aku enggan cerita satu per satu. Akhirnya tiba saatnya aku mengakhiri percakapan yang tak singkat itu. Aku beranjak pamit dan mengunjungi mantan orang tua asuhku ketika kecil, kini aku ditemani Ari. Cukup lama juga, banyak topik juga, tak hanya aku yang mengobrol. Ibuku pun turut serta melepas rindu via jaringan jarak jauh. 
Terima kasih untuk semua orang yang terlibat dalam mimpi singkat ini. Evaluasinya, dilarang ceroboh dengan segala hal, lebih memperhitungkan segala persiapan termasuk power bank dilarang ketinggalan, waktu kunjungannya diperlama, bikin janji sama teman-teman semua, dan semoga diberi kesehatan dan kesempatan untuk berkunjung lagi di kota penuh mantan, upss. Kok alay sih, ada evaluasinya segala? Hm, segalanya perlu dievaluasi, tak hanya kegiatan organisasi saja tapi begitu pula dengan mimpi. Untuk apa? Agar kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam pencapaian mimpi tidak terulang di mimpi berikutnya. Sekian.
Bersama Dek Dil yang setia menemaniku