Katanya Rosi | Memilih Jurusan Kuliah




Ketika PKKMB UM
 Bangku perkuliahan merupakan jenjang sekolah yang kemungkinan besar akan membawa kita kedisiplin ilmu saat kita kerja nanti. Walau tidak dapat dipungkiri banyak pula manusia bumi ini yang pekerjaannya tidak selaras dengan jurusan saat mereka kuliah. Memang rezeki orang berbeda-beda, bahkan juga dengan keinginan mereka. Tuhan maha adil. Saya punya sedikit cerita tentang bagaimana awal mula saya bisa terjun di dunia bahasa, serta sedikit remah-remah kisahnya. Tidak banyak amanat di sini tetapi paling tidak, menyesatkan pembaca di jalan yang benar saat membaca tulisan ini. Khususnya calon mahasiswa. Hihihi.
Awal mulanya saya melirik jurusan komunikasi dan jurnalis untuk melanjutkan hobi saya saat SMA. Mulai dari sini perdebatan dimulai. Hampir seluruh manusia yang mengenal saya berkata bahwa, sia-sia kamu 3 tahun belajar sains jika pada akhirnya harus keluar jalur. Pikir saya satu, namanya masih mencari jati diri tidak ada yang salah bukan? Saya memilih diam. Ayah dan ibu saya pun juga awalnya meminta saya mengambil jurusan yang mengandung ilmu saintek, yaitu bidang kesehatan. Parah, bukan anak sehat saya, hahaha. Karena dari kecil  raja dan ratu hidup saya tidak pernah memaksa kehendak putrinya, ya beliau berdua tidak terlalu gigih dengan keinginan mereka. Kala itu jurusan saintek yang saya lirik (sedikit) hanyalah biologi, the only one.
Bagi saya belajar dalam hidup ini hanya perihal menghausi pengalaman. Tidak ada yang lain, so if you talk bahwa akan ada ilmu yang terbuang sia-sia, you must think a lot about your statement. Lalu, saya juga menyangkal pendapat adanya jurusan pelarian. Semua jurusan itu memiliki peluang yang berbeda-beda, dan tidak ada jurusan yang tidak berpeluang. Tinggal pandai-pandainya kita memasuki pintu-pintu peluang tersebut. Kalau saya, peluang apapun itu, jika masih bisa menembus sedikit celahnya tembus saja, maksa juga no problem. Yang terpenting bukan seberapa banyak ilmumu untuk mengambil peluang itu tapi, seberapa tangguh dirimu untuk memperjuangkan peluang tersebut. Right!
Saya sempat menunduk saat itu, di jurusan pertama yang saya lirik saya tidak diijinkan karena harus meninggalkan rumah  terlampau jauh. Akhirnya saya berusaha menelisik lagi keinginan itu. Perlu diketahui that best of the best choice need a long time. Berulang kali saya membaca jurusan-jurusan dalam tumpukan brosur yang saya koleksi sejak kelas XI. I mark that one by one, aku kaji dan bayangkan bagaimana kehidupan aku kelak saat kuliah di jurusan tersebut. Akhirnya aku menemukan jawaban bahwa cara terbaik menentukan tindakan, apapun itu adalah dengan kamu memiliki pandangan jauh terhadap hal tersebut, pun juga kamu tertarik mendalaminya. Karena sudah saya buktikan jika semua hal yang bagi kita sendiri tidk menarik itu hanya menjadi beban yang sulit terselesaikan. Kalau saya diminta untuk memilih, saya tidak akan mengambil jurusan yang tidak sesuai dengan keinginan hati saya. Saya memilih rehat dan mencari jalan lain. Tetapi semua itu tergantung yang melakukan, hak masing-masing pribadi.
Memilih jurusan bahasa dan sastra bukan tanpa alasan dan pertimbangan. Hal yang melatarbelakangi saya menjatuhkan pilihan tersebut adalah kaarena kegemaran saya dalam dunia menulis, sempit luas pemikiran, saya bisa mempunyai banyak jalan yang menghantarkan saya menghasilkan karya-karya nantinya. Selain itu juga rasa penasaran saya terhadap isi dari jurusan tersebut, rumornya sih jurusan yang tidak banyak tantangan. Lalu mengapa memilih embel-embel pendidikan? Karena dari dulu saya tertarik dengan dunia pendidikan, saya menilai bahwa mengajar adalah pekerjaan paling membahagiakan. Bayangkan saja, isinya hanya membagi ilmu satu sama lain untuk menemukan keajaiban-keajaiban yang disembunyikan semesta. Indah bukan?
Nah, jadi untuk semua pembaca tulisan ini yang merupakan calon mahasiswa pikirkan secara serius jrusan yang sedikit banyak menentukan masa depanmu kelak, di luar jodoh. Yang akan menjadi tolak ukur pilihanmu adalah dirimu sendiri. Jangan sampai kamu terkecoh dengan omongn orang-orang luar. Silakan mendengar nasihat mereka, tetapi kamu tetap memiliki hak dan kewajiban untuk memfilternya. Karena yang nantinya menjalankan adalah kamu. Sungguh kamu tidak inginkan membuang uang orang tuamu untk kuliah tanpa bersungguh-sungguhkan? Dan bagi pembaca yang bukan calon mahasiswa, call your friend to read this article, thank you. Untuk serba-serbi jurusan bahasa dan sastra see you soon di tulisan berikutnya. Terima kasih :)

Diari Rosi | Mengenal Dunia Menulis




(Sedang) Belajar Mencintai Dunia Baru

Assalamualaikum Akhi wa Ukhti. Kali ini saya akan berubah menjadi muslimah yang anggun. Eits jangan kira karena judul artikel ini ya, saya pertegas itu hanya judul. Baiklah para sahabat muslim, jatuh cinta merupakan suatu perasaan dimana kita berlebih menyukai sesuatu. Jatuh cinta adalah penyakit hati, dan bisa kita sebut sebagai surganya dunia. Khemb… itu deskripsi saya sendiri, hehe. Sebenarnya saya tidak ingin mengungkit masalah cinta di dalam artikel ini, tapi apalah daya. Tarian jemari saya jauh lebih lincah, sayang.
Back. Beberapa hari ini, saya sering mendapat pesan di berbagai social media yang saya punya. Ini biasa saja sih, tapi menjadi tidak biasa saat yang mengirimi saya pesan adalah orang-orang yang belum saya kenal sebelumnya. Entah apa yang membuat saya tiba-tiba menjadi terkenal. Ahh ini perasaan saya saja. Rata-rata mereka bertanya  tentang dunia menulis. Mulai dari yang mudah dijawab hingga yang harus berpikir keras. Mulai dari ‘apa yang membuatmu suka menulis?’ sampai yang ‘bagi ilmu nulisnya dong, Mbak’ Ini nih yang membuat saya bercermin tiba-tiba. Siapa saya?
Menulis sudah menjadi hobby saya sejak kecil. Dari kelas 5 SD saya sudah mulai suka menulis apa saja, mulai dari puisi, buku harian, hingga sepenggal cerpen yang sulit terselesaikan saat itu. Puisi pertama saya judulnya Kelinci, ini terinspirasi dari teman saya yang menggila dengan kelinci. Nanti deh kapan-kapan saya post puisi itu., asalkan kalian jangan tertawa jijik ya. Hehe. Saat itu puisi saya menjadi puisi terbaik pada jamannya, akhirnya puisi itu ditempel di madding sekolah dan membuat saya teramat senang. Sejak saat itu saya mulai banyak menulis, tapi karena saat itu belum jamannya anak SD punya laptop, saya hanya menulisnya di buku harian yang sekarang entah kemana. Buku itu terakhir terlihat saat saya masih di Sidoarjo.
Saat SMP saya berhenti menulis. Hanya ada beberapa karya disana, saya rasa tidak lebih dari 10 karya, atau hanya 5? Hmm saya tidak ingat betul. Saat itu saya belum kenal dengan apa itu bakat.Jadi, boro-boro saya mengenal apa bakat saya. Di akhir masa SMP saya mengikuti lomba cipta cerpen untuk pertama dan terakhir kalinya, dan akhirnya kalah. Pfft…itu masa kelam saya di dunia menulis. Satu lagi nih, sejujurnya saya sedang berusaha menyelesaikan terrible short story saya yamg sudah menjamur dari SMP, dan itu tulisan tangan. Oh My God, it was difficult. Konklusi dari problem ini adalah continuing old story more difficult than  getting started. Idenya udah tenggelam, tinggal kenangan.
Next masuk masa-masa akhir menjadi siswa SMA. Saat itu saya mulai menulis lagi. Menulis dan menulis, walau dulu belum punya laptop jadi sama seperti saat aku SD. Menulis di atas lembaran kertas dan menyimpanya menjadi sampah berguna. Beberapa kali juga menulis untuk megikuti lomba online, dan mengirimnya di media massa. Alhamdulillah dalam waktu 3 tahun aku menulis, ada 8 buku antologi cerpen dan puisi yang di dalamnya ada karya saya. Untuk media massa saya masih harus bersabar, dan terus berlatih karena hanya 2 karya puisi yang terpampang. Udah antologinya, kapan buku solonya?
Pertanyaan di paragraph sebelumnya, saya usahakan liburan semester genap  deh, semoga saja lancar jaya sentosa. Belum siap lahir batin saya untuk menggarap kata-kataberpuluh bahkan ratusan halaman. Hihihi. Saat ini saya menjadi mahasiswa aktif di Universitas Negeri Malang. Lebih suka nulis artikel untuk blog, lebih suka curhat-curhat manja di laman blog. Meskipun begitu saya juga masih sering nulis cerpen dan puisi. Bedanya sekarang waktunya nulis terbagi tiga. Jujur lagi, saya sedikit macet dengan cerpen. Entah, apa karena kurang latihan ya. Pokoknya sekarang kerjaan saya adalah ngomong sendirian di blog melalui ramuan kata-kata saya. Kalau ada yang baca ya syukur kalau nggak ya syukur juga. Sama-sama bersyukur, agar Tuhan tidak menambah kemalasan saya untuk berkarya.
Menulis adalah mematri peradaban. Bagi saya menulis dapat menmbah masa aktif kita untuk hidup. Bukan berarti menantang takdir ilahi, tapi dengan menulis kita bisa terlihat abadi dengan karya kita. Aduh kenapa jadi bijak begini. Sebagai manusia, makhluk berakal yang punya sejuta ide (sebenarnya) hidup untuk membaca saja tidak cukup. Hanya sekadar tahu saja kurang. Kita sharusnya memaksimalkan kelebihan yang diberi Tuhan. Salah satunya dengan menulis, membagi pengalaman, ilmu melalui aksara. Meskipun terlihat sepele tapi kita telah berkontribusi juga untuk Negara kita.
Saya pernah nih dengar cuit-cuit orang yang intinya begini, “kamu menyampaikan opini lewat tulisan? Mana bisa mengubah Negara ini menjadi maju. Angkat bicara dong! Budaya membaca di sini itu sudah rendah, jadi percuma kamu sampaikan pendapat kamu hanya melalui tulisan,” Oke, saya mulai berpendapat. Kenapa menyampaikan pendapat lewat tulisan? Yang pertama, kita semua bukan orang penting bagi mereka (yang berada di atas) kita tidak terlihat. Yang kedua, karena kita kecil ketimbang mereka, tidak semua dari kita mendapatkan kesempatan berpendapat langsung secara lisan. Akan ada kesempatan kok! Ya, kesempatan memang ada, tapi kapan? Kita tidak tahu. Ya kalau datangnya sebelum masalah selesai its okey lah, kalau ternyata kesempatannya datang terlambat, what should you do? Final, ur great opinion useless.
Alasan kedua, rendahnya literasi di Indonesia, percuma nulis gak dibaca! Kita semua tidak sadar bahwa membaca adalah satu satunya jalan membuka dunia. Lagian juga sekarang banyak sekali gadget, laptop, ipad dan sejenisnya yang bisa mengakses semua informasi very very easy. Wifi, counter everywhere. No problem dong kalau lebih penting baca berita daripada bacain caption mantan? Toh juga gak semua orang Indonesia hobby bacain captions, twits, storiesnya para gebetan atau mantan mereka. Nah, ini our homework, yaitu  mengemas pendapat kita sedemikian rupa hingga bisa jadi trending topics. Masa kalah sama selebritis instagram? Coba direct message salah satu selebgram dan tanya langkah-langkah memikat nurani masyarakat sejagad maya untuk berkomentar. Intinya tidak ada yang sia-sia dengan kita menulis. Masih banyak media yang open dengan karya kita. Kreatif yuk.
Sebenarnya, saya ngomong panjang kayak di atas itu juga sebagai self reminder pribadi. Saya  manusia biasa yang punya tingkat keraguan cukup tinggi. Saya perlu berpikir berkali-kali untuk menyampaikan pendapat saya. Its normal. Selain rasa ragu, adapula rasa takut. Sampai-sampai saya perlu membaca tulisan saya berulang-ulang sebelum saya publikasikan. Hehe.
Bagaimana sih cara Rosi memulai nulis? Hm, saya sedikit malu untuk membongkar kebiasaan saya. Jadi gini, saya remaja akhir yang labil. Tidak setiap waktu saya mood untuk nulis. Saya masih pribadi yang mudah terbolak-balik hatinya. Makanya, kalau ditanya perihal ilmu menulis, saya bertanya ulang pada diri saya, who am i? I am just someone who is learning to write. Gitu sih, jadi saya nol dalam kepenulisan. So, cara saya mulai nulis adalah mengumpulkan niat dan memperbaiki mood. This takes a long time. Tanpa kesuksesan di tahap ini, I didn’t produce anything. Tahap selanjutnya adalah berkhayal, I love this part. Kalau masalah bayang membayang, Im smartest, dan dijamin sering banget keluar dari zona topik. Keasyikan ngayal sampai lupa kalau ada tahap selanjutnya, yaitu mengaksarakan khayalan tersebut. Ini juga perlu jatuh cinta dulu sama topiknya, kalau nggak ya buntu. Ya gitulah, cara basi yang sebenarnya sok disegarin lagi.
Bagi ilmu nulisnya dong Kak, kiat-kiatnya gitu? Udah saya bilang, saya gak punya ilmu yang berarti di kepenulisan. Yang saya punya pengalaman mainstream. Hahaha kiat-kiatnya ya? Kumpulin niat sekuat tenaga. Biar bisa selesai tulisan-tulisanmu dalam sekali duduk. Mager nih mau nulis? Wkwk belum nulis udah mager, kalau saya lebih sering mager di tengah-tengah nulis. Cara ampuh biar gak mager nulis adalah ubah mindset project menulismu menjadi sebuah tugas, dan itu adalah suatu kewajiban yang wajib kamu selesaikan, bila perlu kasih deadline. Lagi-lagi ini self reminder juga untuk saya. Maklum Rosi tukang mager di asrama.
Cara dapetin inspirasinya gimana? Wah kalau ini jawabannya satu, yaitu membaca banyak bacaan. Ingat bacaan yang menghasilkan ilmu, jangan bacaan caption mantan. Bercanda. Tidak bisa dipungkiri, menulis dan membaca adalah saudara kembar yang kurang identic. Mereka berbeda secara fisik, but mereka saling membutuhkan satu sama lain. Kita tidak akan kaya kosakata jika tidak sering membaca. Nah, ini budaya literasinya harus ditingkatkan. Saya adalah gadis pecinta buku. Tapi, ya tetap saja sering malas baca buku dan memang lebih asik baca isi instagram dan twitter gebetan sih. Haha, sedang proses berusaha memperbanyak bacaan. (kok dari tadi sangkut-sangkuti gebetan dan mantan? Iya lagi hitz banget 2 makhluk itu)
Lalu, kendala-kendala dalam menulis? Waduh, banyak sekali saudara. Yang paling parah nih ya, banyaknya draft artikel, dan cerpen yang tak terselesaikan dan akhirnya nyampah. Ini penyakit, Rosi sering banget nyampah draft yang lupa konsep. Dan ini masih meraba cara mengatasinya. Kendala lain sih kendala klasik, dan Rosi yakin semua penulis baik professional atau pun belum itu mengalaminya. And finally, konklusinya kumpulkan niat baik, dan mulailah. Jangan pernah menunda selagi waktu masih mendukung. Karena sejatinya gonggongan diri akan terkalahkan oleh waktu yang tak akan bisa terulang. Sekian dari Ukhti yang tiba-tiba bertransformasi, sejenak. Semoga bermanfaat, salam cinta dari penulis yang baru merangkak. Wassalamualaikum wr.wb
Diskusi, komentar, dan pertanyaan sangat terbuka.

Diari Rosi | Sekelumit Kisah Lebaran



Sepekan Saja Serasa Nikmat

Assalamualaikum kawan blogger. Masih dalam suasana lebaran nih. Taqabalahu minna wa minkum. Shiyaamana wa shiyaamakum. Kullu’aam wa antum bikhair. Happy Ied Ul-Fitr 1438 H everyone. May all happiness to you. Maapin segala kekhilafan Rosi selama ini ya, mungkin ada tulisan saya yang kurang berkenan, maapin J. Oke, next to the point guys, di suasana lebaran seperti ini kalian pasti menggunakan special moment untuk berkumpul dengan semua keluarga besar. Yak an? Tidak jarang sanak saudara dari ujung timur sampai ujung barat berkumpul jadi satu. Kalau  aku bilang nih ya, mirip reuni akbar perak 25th gitu. Hehe. Alhamdulillah, semua disyukuri karena masih bisa bersilaturahmi dengan keluarga besar ya guys.

Nah, kalau sudah berkumpul semua, apa yang akan dilakukan selanjutnya? Mengobrol. Ya. Banyak sekali tema pembicaraan diantara kami. Eh, kami. Ini bukan diksi yang tepat, mungkin lebih tepatnya adalah mereka. Karena dalam kesmpatan kali ini aku memilih menjadi seorang pendengar dan penjawab saja. Biasanya, moment lebaran digunakan oleh para sesepuh untuk mengulik hal-hal yang hanya sempat ditanyakan saat lebaran saja. Pastinya kepada anak cucunya. Ini bagian paling menyiksa bagiku. Ah.. sudahlah tidak usah dibahas terlalu jauh. Pertanyaannya simple aja; sudah gedhe, sudah berani bawa cowok belum? Kalau pertanyaan semacam itu muncul siap-siap saja aku pasang tatapan tajam ke Ibu. Tanpa kode macem-macem, Ibu biasanya langsung jawab, “kalau berani bawa cowok sekarang, dinikahkan aja sebelum kuliah semester depan” Aman.

Oh ya guys, Ramadan dan lebaran kali ini kan bebarengan dengan libur semester genap jadi cukup lama juga nih teman-teman sekampus liburannya. So, kalian udah kemana aja? Sama pasangan nggak? Eh, jangan tanya balik ke aku ya. Oke, jadi liburan semester genap tahun ini aku hanya libur total 3 pekan dari 3 bulan libur sesungguhnya. 2 pekan di awal libur semester hingga pertengahan puasa, dan sepekannya saat libur lebaran ini. Kalau ditanya kurang, ya kurang banget. Tahu kenapa jatah liburanku hilang hingga 90%? Karena tanggung jawab Negara yang perlu perhatian lebih. Cukup.

Lebaran tahun ini Alhamdulillah masih diberi kesempatan oleh Allah untuk berkumpul bersama keluarga di Kediri. Berbeda dengan lebaran tahun sebelumnya, tahun ini aku merasa payah sekali selama sepekan di rumah. Bagaimana tidak, ayah dan ibu semangat 45 untuk bersilaturahmi hingga saudara terjauh sekali pun. Bahkan, di lebaran ke 1 hingga ke 4 aku sekeluarga keluar rumah dari pagi dan baru balik pukul 22.00 WIB. Karena terlalu bersemangat jadi jarang banget open house. Tapi, asal bersama keluarga semua payah tidak terasa. Terasanya nanti kalau mau tidur. Huft.. Pernah nih ya saat ingin silaturahmi ke salah seorang teman lama ayah kita sampai kesasar 3 kali. Saking lamanya tidak pernah berkunjung dan main ke daerah tersebut, ayah tidak tahu kalau jembatan dan jalan yang biasa dilewati rusak dan ditutup. Alhasil kita cari jalan lain yang belum pernah kita lewati sebelumnya. Dan sampailah kita di jalan buntu, setelah sekitar 65 minute muter-muter. Oke, I really know if my father over like ride, but yo ojo gitu juga kaliii… Jujur aku ngambek kala itu, gimana gak annoyed panas bung. Yap, gue egois. Dan hal ini tidak trjadi sekali saja, tapi berulang kali.

Itu tadi gue curhat tentang sekelumit kisah di hari raya idul fitri tahun ini. Idul fiteri paling beda dari tahun-tahun sebelumnya, why? Ya karena ayah berbeda dari biasanya, beliau paling bersemangat membara berapi-api untuk mengunjungi one by one sanak saudaranya. Pun sama dengan ibu. Aku hanya ngikut kemana mereka berkelana (kok tiba-tiba puitis begini). Selanjutnya, berbeda karena liburan tahun ini dikejar oleh waktu dimana aku tak sanggup melarikan diri. Oh, Im still trying my best positive think here, aku akan dapat pengalaman yang mungkin tak bisa ku ulang kedua kalinya.

Diari Rosi | Sidoarjo 24 Jam



Cinta Lama Berjumpa Kembali
Oleh: Rosida Eka Oktaviani Pakartining Madu

Bersama BFriend katanya
Apa kabar kalian? Sesuai mimpi aku yang Alhamdulillah come true beberapa waktu lalu, aku langsung semangat nih untuk nulis laporan perjalananku. Sudah mirip tugas bocah SMP ya, hehe. Jadi, aku punya keinginan kalau nanti ketika aku sudah kuliah, di tahun pertama aku kepingin main ke tempat masa kecilku bersama teman masa kecilku. Dan Alhamdulillah terpenuhi di liburan semester dua ini. Tidak ada rencana pasti sebelumnya, semua serba mendadak. Bahkan di awal aku bingung mau menginap dimana dan berkunjung bersama siapa. Kubilang apa, mendadak.
Mulai dari pemesanan tiket keberangkatan. Waktu itu tiket sudah aku pesan H-7 sebelum tanggal 19. Namun naas tiket itu hilang dan aku baru menyadarinya H-3 jam keberangkatan. Ceroboh! Waktu itu aku juga belum mengantar poster dan brosur ke kantor A3, belum pack barang-barang aku, belum bersih-bersih kamar, belum setrika, belum mandi, aizztt belum siap pokoknya. Syukur Alhamdulillah aku bisa meminjam sepeda motor salah satu temanku untuk membeli tiket go show, dan available. Allah masih mengizinkanku untuk melepas rindu. Oke, aku berangkat seawal mungkin, agar kecerobohanku tidak terulang lagi, kini Go-jek yang menjadi pahlawanku. Pastinya di balik keberangkatan yang lebih awal, ada hal yang terlewatkan. Kamar, ya kamarku tidak karuan. Bodo amat, itu urusan nanti.
Skip aja ya cerita di kereta, tidak ada yang unique. Intinya aku menikmati perjalanan dengan rute  yang berbeda ini. Sampai di Sidoarjo, dengan waktu keterlambatan 26’ dari waktu yang tercetak di tiket kereta. Hm, no problem aku tahu ini Indonesia. Tak menunggu waktu lama, aku langsung dijemput oleh om. Malam harinya aku berkeliling Sidoarjo dengan kemacetannya. Pertama, aku ke alun-alun Sidoarjo. Alun-alunnya sih gak padat, yang padat itu jalanannya. Jujur, aku lama tidak merasakan kemacetan semacam ini. Walau aku tahu kalian berpikir di Malang juga macet, tapi itu berbeda.

Setelah bosan dengan alun-alun, aku berkeliling  di area Gading. What is it? Gading adalah area like a night mart. But, disana itu kaya kawasan perumahan yang belum jadi, terus dibuat orang-orang berdagang dulu gitu. Ya sama, macet. Ramai sekali teman, aku sampai bingung mana penjual mana pengunjung, wkwk. Lahannya luas sekali, ya sama wes kaya perumahan yang multifungsi. Aku di sana gak dapat apa-apa. Tahu sendiri, aku orangnya tidak nyaman berada dikeramaian. Kalau mau beli sesuatu terus ramai dan antre, Hm mending aku pergi dan menahan keinginanku di lain waktu. Itu aku. Dan akhirnya aku hanya dapat sepuluh tusuk sempol, makanan ringan yang sering aku makan di kampus. Itu yang merengek sih adik, bukan aku.
foto bersama mantan orang tua asuh
Keesokan harinya aku berkunjung di daerah kenangan. Kenangan tentang mantan. *tolong tidak usah baper. Maksudku mantan sekolah, mantan desa, mantan rumah, dan mantan – mantan yang lain. Awalnya aku berkeliling Gedangan ditemani oleh Sendy, tapi karena dia terlalu lama mengurusi urusannya di bandara, oke aku ninggalin dia. Jahat sih, tapi kalau aku nungguin dia bisa-bisa aku tidak sampai target nanti. Destinasi pertama adalah melewati desaku yaitu desa Wedi, lanjut ke Betro, Sedati, dan Cemandi. 
Cukup lama aku beristirahat di SMPku dulu, sambil menunggu adhzan Dhuhur tiba aku mencoba menghubungi teman-teman lamaku di Sidoarjo. Alhasil, mereka pada kuliah semua. Huaaaa :’( Sebuah kesalahan karena aku menghubungi mereka secara mendadak. Sebenarnya, aku takut kalau aku menghubungi mereka jauh-jauh hari, terus gagal hm aku gamau meng-php mereka. Untungnya teman kecilku ada yang sedang libur kuliah. Ya, pada akhirnya aku kembali pada teman masa kecilku. Teman paling akrab ketika duduk di bangku taman kanak-kanak. Ari, teman yang paling istiqomah memanggilku Oci. Haha, oke sekarang aku dedikasikan nickname Oci adalah milik Ari. wkwk. 
di depan SDN Wedi
Hampir 2,5 jam aku mengobrol dengan Ari dan mamanya. Banyak sekali topik kala itu, sampai aku enggan cerita satu per satu. Akhirnya tiba saatnya aku mengakhiri percakapan yang tak singkat itu. Aku beranjak pamit dan mengunjungi mantan orang tua asuhku ketika kecil, kini aku ditemani Ari. Cukup lama juga, banyak topik juga, tak hanya aku yang mengobrol. Ibuku pun turut serta melepas rindu via jaringan jarak jauh. 
Terima kasih untuk semua orang yang terlibat dalam mimpi singkat ini. Evaluasinya, dilarang ceroboh dengan segala hal, lebih memperhitungkan segala persiapan termasuk power bank dilarang ketinggalan, waktu kunjungannya diperlama, bikin janji sama teman-teman semua, dan semoga diberi kesehatan dan kesempatan untuk berkunjung lagi di kota penuh mantan, upss. Kok alay sih, ada evaluasinya segala? Hm, segalanya perlu dievaluasi, tak hanya kegiatan organisasi saja tapi begitu pula dengan mimpi. Untuk apa? Agar kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam pencapaian mimpi tidak terulang di mimpi berikutnya. Sekian.
Bersama Dek Dil yang setia menemaniku