Diari Rosi | Mengapa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia

Panorama Gedung Kuliah Fakultas Sastra UM
           
Salam sehat semua aktivis pembaca blog, seperti yang sudah saya sampaikan di tulisan sebelumnya bahwa akan ada lanjutan tulisan yang bicara perihal jurusan bahasa dan sastra serta remah-remah kisah saya sendiri di dalamnya. Jadi ini tulisan non fiksi yang bakal difiksi-fiksikan, hehe.  Tapi jangan khawatir dengan membaca blog ini kalian akan tersesat di jalan yang benar kok, insyaAllah semua atas izin Allah.

            Saya awali dari kampus saya, jadi di Universitas Negeri Malang sendiri, fakultas yang menaungi jurusan-jurusan bahasa dan sastra diberi nama Fakultas Sastra. Di dalamnya ada naungan jurusan yaitu Sastra Indonesia (Sasindo), Sastra Inggris (Sasing), Sastra Jerman (Sasjer), Sastra Arab (Sasrab *ingat ada huruf s) serta Seni dan Desain (Sedesa). Mungkin kalian bertanya-tanya kenapa ada seni di sastra? Sastra itu juga termasuk seni lho, guys. Seni beraksara.

            Secara umum semua jurusan di atas terbagi menjadi 2 jenis prodi, yaitu prodi pendidikan dan prodi non-pendidikan. Bukan jadi rahasia lagi, bahwa Universitas Negeri Malang adalah kampus penghasil pendidik-pendidik terpercaya sejak lama. Mengingat julukannya The Learning University. Namun juga bukan berarti jurusan nondik dikesampingkan.

            Lalu apa perbedaan dik dan nondik? Hampir seluruh calon mahasiswa bertanya perihal tersebut. Sebenarnya sudah jelas sekali bukan? Mungkin maksud mereka keunggulan antara keduanya, iya? Hehe. Tak hanya bahasa dan sastra saja, namun juga seluruh jurusan teknik, mipa, sosial, ekonomi, dll yang memiliki awalan pendidikan akan mendapat tambahan matakuliah tentang pendidikan. Contoh, perkembangan peserta didik, belajar dan pembelajaran, kurikulum, dan masih ada beberapa lagi lainnya. Prodi pendidikan ini memang benar-benar disiapkan untuk menjadi pendidik kelak. Sedangkan yang nondik, mereka tidak belajar tentang peserta didik, tetapi kebanyakan mereka akan belajar tentang ilmu enterpreuner. Mereka disiapkan untuk menjamah profesi selain guru, dalam bahasa dan sastra misalnya, mereka dapat memanfaatkan ilmunya untuk menjadi sastrawan bahkan pengusaha bidang bahasa dan sastra.

            Ngomong-ngomong nih, saya adalah mahasiswa prodi pendidikan. Oleh karena itu saya akan bercerita mengenai prodi saya terlebih dahulu sebelum menyampaikan yang lainnya. Menjadi mahasiswa dengan embel-embel calon guru itu menyenangkan, bagi saya. Bagaimana tidak, pekerjaan kita nantinya membagikan kebaikan-kebaikan ilmu untuk mengupas indahnya semesta. Guaya gini bahasa saya. Wkwk. Saya tidak tahu pasti kenapa saya jatuh hati dengan sangat terhadap dunia pendidikan. Bawaannya asik aja kalau saya sedang melakukan aktivitas mengajar. So, cobain sensasi ngajar sekarang juga, InsyaAllah ketagihan. Di semester yang terbilang muda, saya memang belum memiliki banyak pengalaman mengajar. Tapi, di kampus saya tidak sedikit wadah-wadah untuk mahasiswa belajar mengajar, baik dari fakultas, jurusan, ormawa, maupun UKM. Bahkan bisa dibilang, hampir seluruh program sosial UM adalah mengajar. Bagi kalian yang bercita-cita menjadi pendidik, cocok nih kuliah di UM J Nah loh, iklan.

            Waktu itu, ketika resmi menjadi mahasiswa fakultas sastra saya sedikit mendapat cibiran-cibiran dari para manusia yang mengenal saya. Kata mereka menekuni bidang sastra dan bercita-cita untuk menjadikan bidang tersebut sebagai pekerjaan pokok adalah miskin. Serius ini. Mungkin dalam angan-angan mereka profesi saya nantinya tidak sehebat dokter, polisi wanita, engineer atau bahkan manager perusahaan besar. Ya silakan berpikir seperti itu (masih kurang dalam rupanya).

Menjadi seorang pelajar yang baru saja akan menekuni bidang tersebut tidaklah mudah nampaknya. Saya kuwalahan dengan materi-materi dalam kuliah saya. Saya merasa minder ketika teman-teman saya lebih cekatan, terlebih perihal seluk beluk sastra. Apalah saya yang belum mengetahui apa-apa sebelumnya. Benar-benar menyebalkan para manusia yang mengatakan bahwa kuliah jurusan bahassa dan sastra Indonesia itu mudah, jadi ngapain dipelajari lagi? Wkwk, cobain deh.

            Nah, pasti diantara kalian banyak yang bertanya, apa saja sih yang akan dikaji? Ada dua bagian besar, yaitu tentang kebahasaan dan kesusastraan (apabila mengambil jurusan dengan embel-embel pendidikan, maka akan ada tambahan matkul pendidikan). Secara umum ada 4 keterampilan berbahasa yang akan dikaji yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Terlihat mudah memang, semua orang pasti bisa melakukannya. Nyatanya, saya pribadi tetap kelagapan dengan hal tersebut. Ke-empat keterampilan tersebut adalah keterampilan yang pada dasarnya ada dalam kehidupan manusia.

Menyimak, terkesan mudah. Memanfaatkan indra pendengaran untuk menyerap informasi dari orang lain, tetapi pada lapangannya tidak semua informasi dapat terserap dengan sempurna. Karena apa, banyak diantara kita yang belum mengetahui cara menyimak yang benar. Menyimak dengan tepat, artinya benar-benar dapat menangkap apa yang dibicarakan hingga dapat menceritakan kembali. Diperlukan ketelitian, kecepatan otak dalam menangkap apa yang didengar, bahkan diperlukan kemampuan mendengar yang baik.

Berbicara, pemanfaatan mulut dalam penyampaian suatu informasi tidak dapat dipungkiri memang perlu dilatih. Beda pendengar pasti akan beda cara penyampaian dan penggunaan bahasanya. Dengan matakuliah ini saya rasa manfaatnya besar sekali untuk kedepannya, untuk hidup diantara masyarakat.

Membaca, sejak kecil kita telah diajarkan membaca. Menangkap informasi dalam bentuk tulisan. Lalu, mengapa Indonesia tetap menjadi negara rendah literasi? Karena kita hanya sebatas membaca, tanpa perlu menangkap informasi dan menyampaikannya kembali. Mirisnya,minat baca pun saat ini begitu rendah dan dinilai sebagai aktivitas yang membosankan.

Menulis, nah untuk keterampilan yang satu ini memang diakui sebagai keterampilan tingkat tinggi. Bukan perihal memindahkan huruf-huruf saja, namun juga merangkainya menjadi sebuah karya yang mengandung informasi di dalamnya. Goals dari keterampilan ini yaitu menciptakan sebuah karya tulis. Matakuliah ini begitu membantu saya menjadi mahasiswa yang produktif. Tidak hanya fiksi saja, namun juga non fiksi. Dan ke-empat keterampilan tersebut saya yakin membawa manfaat besar ke depannya.

Selain keterampilan-keterampilan tersebut, jurusan ini juga mengajarkan tentang tata bahasa, Mulai dari seluk beluk bunyi huruf, kata, frase, Klaus, hingga membentuk kalimat. Ini bagian tersulitnya. Kita harus memahami bagaimana suatu kata atau kalimat itu dapat terbentuk, bagaimana proses pengucapan bunyi huruf, dan lain-lain. Mata kuliah yang mempelajari itu di antaranya: Fonologi (mempelajari bunyi atau fon), Morfologi (mempelajari pembentukan kata), Sintaksis (mempelajari susunan kata, frase, dan kalimat) dan, Semantik (mempelajari makna). Selain mata kuliah tersebut, terdapat juga mata kuliah seperti sosiolinguistik,  Analisis Kesalahan Berbahasa, dll. Masih banyak sekali, dan semuanya tidak terkesan membosankan, malah mengasyikkan.

Itu tadi tentang kebahasaannya, untuk kesusastraan di sini kita akan mempelajari tentang prosa, puisi, drama, sastra klasik, sejarahnya, teori sastra, kritik-kritik sastra, dll. Pada mata kuliah yang melingkupi sastra saya sedikit kesulitan dan kebingungan. Bagi saya pribadi, belajar ilmu sastra itu rumit yang  menyenangkan. Walaupun ada bosan-bosannya juga, karena isinya hanya membaca, mengkaji, presentasi apalagi Bahasa yang digunakan terkesan berat dan sukar dipahami. Tetapi percayalah, ada hal menarik yang begitu menyenangkan di dalamnya. Cieelahh…. Eh tenang ada saatnya tidak hanya berteori saja, namun juga praktik berkarya. Bahkan kalian juga dapat merasakan bertukar Bahasa dengan mahasiswa asing loh.

Kalau mau tahu lebih lengkap, nanti saya jabarkan berdasarkan KRS (Kartu Rencana Studi) saya. Hehehe tetapi lewat obrolan pribadi ya. J Kiranya itu yang dapat saya infokan. Oh ya mungkin ada yang bertanya-bertanya tentang prospek kerja jurusan ini ya,  kalian dapat menjadi seorang guru Bahasa Indonesia, penulis atau Sastrawan, Dosen,  Editor, Reporter, Pembawa acara, Mengajar bahasa Indonesia untuk orang asing di sekolah internasional atau bahkan luar negeri, dll. Tidak perlu ragu bahkan khawatir, karena selagi kita hidup di Indonesia dan selagi masih menggunakan bahasa Indonesia, pasti lulusan bahasa Indonesia tetap dicari. Untuk pekerjaan, tidak ada keterampilan berbahasa yang tidak bermanfaat untuk kehidupan. See you on the next article. Terima kasih.