Katanya Rosi | Memilih Jurusan Kuliah




Ketika PKKMB UM
 Bangku perkuliahan merupakan jenjang sekolah yang kemungkinan besar akan membawa kita kedisiplin ilmu saat kita kerja nanti. Walau tidak dapat dipungkiri banyak pula manusia bumi ini yang pekerjaannya tidak selaras dengan jurusan saat mereka kuliah. Memang rezeki orang berbeda-beda, bahkan juga dengan keinginan mereka. Tuhan maha adil. Saya punya sedikit cerita tentang bagaimana awal mula saya bisa terjun di dunia bahasa, serta sedikit remah-remah kisahnya. Tidak banyak amanat di sini tetapi paling tidak, menyesatkan pembaca di jalan yang benar saat membaca tulisan ini. Khususnya calon mahasiswa. Hihihi.
Awal mulanya saya melirik jurusan komunikasi dan jurnalis untuk melanjutkan hobi saya saat SMA. Mulai dari sini perdebatan dimulai. Hampir seluruh manusia yang mengenal saya berkata bahwa, sia-sia kamu 3 tahun belajar sains jika pada akhirnya harus keluar jalur. Pikir saya satu, namanya masih mencari jati diri tidak ada yang salah bukan? Saya memilih diam. Ayah dan ibu saya pun juga awalnya meminta saya mengambil jurusan yang mengandung ilmu saintek, yaitu bidang kesehatan. Parah, bukan anak sehat saya, hahaha. Karena dari kecil  raja dan ratu hidup saya tidak pernah memaksa kehendak putrinya, ya beliau berdua tidak terlalu gigih dengan keinginan mereka. Kala itu jurusan saintek yang saya lirik (sedikit) hanyalah biologi, the only one.
Bagi saya belajar dalam hidup ini hanya perihal menghausi pengalaman. Tidak ada yang lain, so if you talk bahwa akan ada ilmu yang terbuang sia-sia, you must think a lot about your statement. Lalu, saya juga menyangkal pendapat adanya jurusan pelarian. Semua jurusan itu memiliki peluang yang berbeda-beda, dan tidak ada jurusan yang tidak berpeluang. Tinggal pandai-pandainya kita memasuki pintu-pintu peluang tersebut. Kalau saya, peluang apapun itu, jika masih bisa menembus sedikit celahnya tembus saja, maksa juga no problem. Yang terpenting bukan seberapa banyak ilmumu untuk mengambil peluang itu tapi, seberapa tangguh dirimu untuk memperjuangkan peluang tersebut. Right!
Saya sempat menunduk saat itu, di jurusan pertama yang saya lirik saya tidak diijinkan karena harus meninggalkan rumah  terlampau jauh. Akhirnya saya berusaha menelisik lagi keinginan itu. Perlu diketahui that best of the best choice need a long time. Berulang kali saya membaca jurusan-jurusan dalam tumpukan brosur yang saya koleksi sejak kelas XI. I mark that one by one, aku kaji dan bayangkan bagaimana kehidupan aku kelak saat kuliah di jurusan tersebut. Akhirnya aku menemukan jawaban bahwa cara terbaik menentukan tindakan, apapun itu adalah dengan kamu memiliki pandangan jauh terhadap hal tersebut, pun juga kamu tertarik mendalaminya. Karena sudah saya buktikan jika semua hal yang bagi kita sendiri tidk menarik itu hanya menjadi beban yang sulit terselesaikan. Kalau saya diminta untuk memilih, saya tidak akan mengambil jurusan yang tidak sesuai dengan keinginan hati saya. Saya memilih rehat dan mencari jalan lain. Tetapi semua itu tergantung yang melakukan, hak masing-masing pribadi.
Memilih jurusan bahasa dan sastra bukan tanpa alasan dan pertimbangan. Hal yang melatarbelakangi saya menjatuhkan pilihan tersebut adalah kaarena kegemaran saya dalam dunia menulis, sempit luas pemikiran, saya bisa mempunyai banyak jalan yang menghantarkan saya menghasilkan karya-karya nantinya. Selain itu juga rasa penasaran saya terhadap isi dari jurusan tersebut, rumornya sih jurusan yang tidak banyak tantangan. Lalu mengapa memilih embel-embel pendidikan? Karena dari dulu saya tertarik dengan dunia pendidikan, saya menilai bahwa mengajar adalah pekerjaan paling membahagiakan. Bayangkan saja, isinya hanya membagi ilmu satu sama lain untuk menemukan keajaiban-keajaiban yang disembunyikan semesta. Indah bukan?
Nah, jadi untuk semua pembaca tulisan ini yang merupakan calon mahasiswa pikirkan secara serius jrusan yang sedikit banyak menentukan masa depanmu kelak, di luar jodoh. Yang akan menjadi tolak ukur pilihanmu adalah dirimu sendiri. Jangan sampai kamu terkecoh dengan omongn orang-orang luar. Silakan mendengar nasihat mereka, tetapi kamu tetap memiliki hak dan kewajiban untuk memfilternya. Karena yang nantinya menjalankan adalah kamu. Sungguh kamu tidak inginkan membuang uang orang tuamu untk kuliah tanpa bersungguh-sungguhkan? Dan bagi pembaca yang bukan calon mahasiswa, call your friend to read this article, thank you. Untuk serba-serbi jurusan bahasa dan sastra see you soon di tulisan berikutnya. Terima kasih :)